kekuatan dari berbicara...
pada awalnya aku ingin memberi judul " the power of communications" pada entri ini. tapi nampaknya kok kurang 'nyes' dan kurang menyentuh lah.. jadilah aku memakai Bahasa Indonesia ini sebagai judul. Lebih tepat dan lebih 'nyes'.
di sini aku akan menguraikan tentang sedikit pengalamanku dalam masalah berbicara. jujur saja, aku bukanlah orang yang terlalu pandai merangkai kata atau berargumen secara langsung. (padahala aku tahu, bahwa itu adalah modal penting bagi seorang diplomat). meski dulunya aku sering menjadi pembawa acara di beberapa event, namun tampaknya pengalamanku di 'sana' itu belum cukup untuk membekaliku bertarung di pinggiran metropolitan ini. namun aku tahu, berbicara itu bukan hanya soal bermodal pita suara dan tenggorokan kok. Aku bisa saja berbicara lewat tulisan seperti ini. karena motivasi yang besar dari dosen hebatku, aku jadi semangat kembali menulis. Diplomat juga ada loh yang kekuatannya berada pada tarian pena di atas kertas :D
yang ingin aku tekankan di sini adalah berbicara dalam kehidupan sosial kita sehari-hari. bukan berarti berbicara layaknya subjek yang ada di fakultas komunikasi.
beberapa waktu yang lalu, aku merasa sangat disadarkan akan pentingnya kita berbicara satu sama lain. kita tidak bisa memaksa orang lain untuk mengerti kita. tidak semua orang bisa mengerti bahasa tubuh dan bahasa hati yang kita maksud. jadi yang harus kita mulai adalah 'berbicara'. kita harus berani untuk mengungkapkan apa yang ingin kita ungkapkan. tentunya jika kita memang menginginkan hasil yang jelas.
mengapa sih kita harus berbicara?
teman-teman,setiap orang itu memiliki sifat, sikap, dan kebiasaan lho yang berbeda-beda. ada yang baru 'disenggol' sedikit lalu perasaannya jadi langsung berubah seketika. mungkin jadi marah, tersinggung, atau bahkan malu juga bisa. padahal orang yang 'menyenggol' tadi itu belum tentu lho bermaksud buat tujuan tertentu. mungkin saja orang tersebut tidak sengaja, atau mungkin dia bahkan menganggap hal seperti itu adalah hal yang biasa, yang tidak perlu dipersoalkan. di sisi lain ada juga orang yang bisa dikatakan 'ndableg' atau terlalu cuek dan tidak peduli dengan apa yang orang sudah katakan. meski ujung-ujungnya sama-sama kesel, mungkin kita bisa lebih lega lho dengan mengatakan apa yang kita rasakan. setidaknya kita sudah 'plong'.
dengan berbicara, kita bisa dimengerti orang lain
apabila kita mau mengungkap apa yang kita inginkan, orang lain tentunya dengan jelas akan mendapatkan mesej dari hati kita. mereka tidak lagi menebak-nebak apa yang kita maksud. berbicara dengan mulut itu pastinya lebih mudah dimengerti lho dari pada kita musti bersilat tubuh karena ingin menunjukkan apa yang kita maksud. Contoh saja ya. ini biasa terjadi pada manusia dengan predikat cuek. dan ini biasanya melekat pada kaum adam. di sisi lain, lawan main si adam ini punya sikap yang cenderung ingin dimengerti tanpa harus berbicara blak-blakan. misalnya ada sepasang kekasih. yang laki-laki hobi merokok setelah makan. sedangkan yang perempuan tidak suka namun tidak mau menegur secara langsung. mungkin si perempuan hanya pura-pura batuk saat si laki-laki merokok. bisa saja si laki-laki tidak pernah mengerti apa yang diingini oleh si perempuan. bisa saja si laki-laki malah mengira kalau-kalau si perempuan batuk-batuk karena tersedak setelah makan. ==' (tanpa mengurangi rasa hormat saya pada laki-laki lho yaa.)
namun yang terjadi di pengalamanku itu bukannya laki-laki dan perempuan. namun perempuan dengan perempuan. karena tidak ada 'berbicara' itu tadi, bisa saja si A mengira ini dan si B mengira itu. ujung-ujungnya bisa salah kaprah lah. paling parah bisa jadi putus pertemanan. jeleknya lagi bisa musuhan. wah, parah banget itu.
karena pengalaman tempo hari aku jadi benar-benar sadar. kita harus mulai bicara. meskipun itu pada orang terdekat kita lhoo. bisa jadi mereka tidak semengerti seperti yang kita pikirkan. hoho...
oke? selamat berbicaraa... :D
di sini aku akan menguraikan tentang sedikit pengalamanku dalam masalah berbicara. jujur saja, aku bukanlah orang yang terlalu pandai merangkai kata atau berargumen secara langsung. (padahala aku tahu, bahwa itu adalah modal penting bagi seorang diplomat). meski dulunya aku sering menjadi pembawa acara di beberapa event, namun tampaknya pengalamanku di 'sana' itu belum cukup untuk membekaliku bertarung di pinggiran metropolitan ini. namun aku tahu, berbicara itu bukan hanya soal bermodal pita suara dan tenggorokan kok. Aku bisa saja berbicara lewat tulisan seperti ini. karena motivasi yang besar dari dosen hebatku, aku jadi semangat kembali menulis. Diplomat juga ada loh yang kekuatannya berada pada tarian pena di atas kertas :D
yang ingin aku tekankan di sini adalah berbicara dalam kehidupan sosial kita sehari-hari. bukan berarti berbicara layaknya subjek yang ada di fakultas komunikasi.
beberapa waktu yang lalu, aku merasa sangat disadarkan akan pentingnya kita berbicara satu sama lain. kita tidak bisa memaksa orang lain untuk mengerti kita. tidak semua orang bisa mengerti bahasa tubuh dan bahasa hati yang kita maksud. jadi yang harus kita mulai adalah 'berbicara'. kita harus berani untuk mengungkapkan apa yang ingin kita ungkapkan. tentunya jika kita memang menginginkan hasil yang jelas.
mengapa sih kita harus berbicara?
teman-teman,setiap orang itu memiliki sifat, sikap, dan kebiasaan lho yang berbeda-beda. ada yang baru 'disenggol' sedikit lalu perasaannya jadi langsung berubah seketika. mungkin jadi marah, tersinggung, atau bahkan malu juga bisa. padahal orang yang 'menyenggol' tadi itu belum tentu lho bermaksud buat tujuan tertentu. mungkin saja orang tersebut tidak sengaja, atau mungkin dia bahkan menganggap hal seperti itu adalah hal yang biasa, yang tidak perlu dipersoalkan. di sisi lain ada juga orang yang bisa dikatakan 'ndableg' atau terlalu cuek dan tidak peduli dengan apa yang orang sudah katakan. meski ujung-ujungnya sama-sama kesel, mungkin kita bisa lebih lega lho dengan mengatakan apa yang kita rasakan. setidaknya kita sudah 'plong'.
dengan berbicara, kita bisa dimengerti orang lain
apabila kita mau mengungkap apa yang kita inginkan, orang lain tentunya dengan jelas akan mendapatkan mesej dari hati kita. mereka tidak lagi menebak-nebak apa yang kita maksud. berbicara dengan mulut itu pastinya lebih mudah dimengerti lho dari pada kita musti bersilat tubuh karena ingin menunjukkan apa yang kita maksud. Contoh saja ya. ini biasa terjadi pada manusia dengan predikat cuek. dan ini biasanya melekat pada kaum adam. di sisi lain, lawan main si adam ini punya sikap yang cenderung ingin dimengerti tanpa harus berbicara blak-blakan. misalnya ada sepasang kekasih. yang laki-laki hobi merokok setelah makan. sedangkan yang perempuan tidak suka namun tidak mau menegur secara langsung. mungkin si perempuan hanya pura-pura batuk saat si laki-laki merokok. bisa saja si laki-laki tidak pernah mengerti apa yang diingini oleh si perempuan. bisa saja si laki-laki malah mengira kalau-kalau si perempuan batuk-batuk karena tersedak setelah makan. ==' (tanpa mengurangi rasa hormat saya pada laki-laki lho yaa.)
namun yang terjadi di pengalamanku itu bukannya laki-laki dan perempuan. namun perempuan dengan perempuan. karena tidak ada 'berbicara' itu tadi, bisa saja si A mengira ini dan si B mengira itu. ujung-ujungnya bisa salah kaprah lah. paling parah bisa jadi putus pertemanan. jeleknya lagi bisa musuhan. wah, parah banget itu.
karena pengalaman tempo hari aku jadi benar-benar sadar. kita harus mulai bicara. meskipun itu pada orang terdekat kita lhoo. bisa jadi mereka tidak semengerti seperti yang kita pikirkan. hoho...
oke? selamat berbicaraa... :D
Komentar
Posting Komentar