aku, kau, dan dia (lubang dihatiku)

Lubang di Hatiku
Oleh Olivia King
Dia menatap mataku dalam-dalam. Tidak dengan tatapan cinta atau sayang, tetapi tatapan bersalah.

“Siapa cewek itu?” aku bertanya, mencoba menahan amarah dan kepedihan di hatiku.

“Seseorang…kau takkan mengenalnya,” sahutnya tenang, seolah-olah tidak mengenal cewek itu akan mengurangi tamparan yang kurasakan.
Aku mencoba memandangnya, tetapi aku sadar yang bisa aku lakukan hanya menatap lantai dan berharap air mata yang merebak di mataku tidak mulai berjatuhan. Bisa kurasakan dia perlahan-lahan bergeser mendekat, dan tangannya diletakkan di bahuku untuk menenangkanku. Cepat-cepat kutepis tangannya, tidak menginginkan bujukan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Semuanya tidak akan baik-baik saja. Aku ingin berteriak padanya dan mengatakan padanya betapa terlukanya aku. Aku ingin dia merasakan kepedihan yang aku rasakan. Aku ingin dia mengatakan padaku bahwa dia bohong, bahwa dia tidak pernah benar-benar berselingkuh, bahwa semua ini lelucon. Aku pasti memaafkan dia untuk sebuah lelucon, tapi tidak ini.
Aku tidak bisa menahan emosiku lagi.
Air mata bergulir menuruni wajah dan membakar pipiku. Aku mulai terisak dan tersedu-sedu, dan kepalaku mulai sakit. Aku menengadah cukup lama untuk melihat bahwa dia juga menangis. Baguslah, pikirku, Menangislah, rasakan juga pedihnya. Sakit di hati, sama seperti aku.
Kamu tidak duduk untuk waktu yang sepertinya selamanya-tapi sebenarnya beberapa menit –tanpa bicara. Kami sama-sama menangis.

“Aku minta maaf,” ia bergumam tak jelas berulang kali, “aku sangat menyesal. Aku tak pernah bermaksud menyakitimu. Aku minta maaf. Aku minta maaf.”

Permintaan maafnya membuat tangisku lebi keras. Aku memikirkan saat dia mengatakan bahwa dia mencintaiku dan bagaimana segalanya kini sama sekali tidak berarti.
Aku membayangkan dirinya bersama cewek lain, tertawa dan bersenang-senang. Dia akhirnya meninggalkan aku untuk tenggelam dalam semua emosiku.
Aku bertanya-tanya : Haruskah aku memaafkannya? Haruskah aku meninggalkannya? Sanggupkah aku melihatnya bersama cewek lain, apalagi cewek yang menyebabkan semua kepedihan ini? Apa yang harus aku lakukan?
Aku tahu, tak peduli apapun yang kulakukan, segalanya tidak akan pernah sama lagi. Perasaan hampa itu akan selalu ada, seperti lubang di hatiku.


From Teen Ink (kumpulan kisah penuh makna dari suara hati dan sudut pandang remaja)
Buat sahabat-sahabatku…makasih banget. :’)

Komentar

Postingan Populer