Yogyakarta. . .

Pulang ke kotamu
Ada setangkup haru dalam rindu...

Begitulah suara Katon Bagaskara mengiringi kepergian kami di dalam elf menuju ke Stasiun Senen Jakarta. Ada rasa takut di dalam hati ketika kami bergerak merangkak menuju Stasiun Senen Jakarta. Dari sempitnya waktu dan juga kemacetan Kota Jakarta yang tak terhindarkan, hampir pupus harapan kami untuk berkunjung ke kota Yogyakarta untuk mengawali liburan kami.

Ya di situ, bersama Kris, Ghea, Agata, Kak Septian, Tobias, Cunto, dan Angel kami senam jantung. Sampai tepat pukul 20.20 kami sampai di Stasiun Senen dan mendapati jika kereta Progo jurusan Jakarta-Jogja belum datang. Dan deg-deg an itu juga belum hilang karna masih ada personil kami yang belum datang, masih di jalanan ibu kota. Yaitu, Ko Anton.

Benar-benar hampir pupus rasanya harapan-harapanku, sejenak ketika melihat loket tiket di mana seminggu yang lalu kami berderet mengantri diantrian yang cukup memusingkan. Terngiang-ngiang juga suara mama yang berharap aku cepat pulang.

Namun Tuhan memang berncana kami menuju Jogja, singkat cerita setelah kami berantre ria di toilet stasiun, kereta pun datang. Masih lagi-lagi diiringi drama. Mungkin ini seperti di film-film itu. Ko Anton belum datang sampai kereta datang. Sebagian dari kami berlarian menyusuri tangga bawah tanah menuju kereta kami. Di sela-sela hela nafasku, aku berpikir, apa mungkin bisa aku menyuruh bapak petugas untuk menunda sebentar perjalanan kereta kami untuk menunggu teman kami yang masih tertinggal? Sedikit bodoh nampaknya, namun aku masih berharap.

Kak Septian meimpin di depan. Angel mengikuti di belakangnya, masih juga terlihat bingung. Agata ikut berlarian. Aku pun bingung. Sudah dari asalnya aku ini tercipta jadi manusia yang panikan. Terlebih melihat orang-orang yang berebut naik kereta karena tau kereta hanya berhenti sebentar di stasiun ini. Mendadak semua menjadi seperti slow motion. Banyak orang berteriak, aku melemparkan pandanganku ke tangga bawah, berharap Ghea, Tobias, Cunto, dan Ko Anton segera muncul. Sekilas kulihat Kris yang bingung sambil terus berkata-kata dengan teleponnya mencoba menghubungi Tobias yang masih di toilet.

Dan kemudian kami memutuskan untuk masuk dulu, dan disitulah kulihat Cunto tergopoh-gopoh datang. Sekelibat ingatanku melayang pada ucapannya untuk selalu menyerahkan apapun pada Tuhan. "Percaya,Nel. Tuhan uda rencanain liburan terindah buat kita pasti. Entah kita jadi ke Jogja atau engga"...

Belum sampai kami menemukan kursi kami, kereta mulai bergerak. Hampir menangis rasanya. Benar-benar aku hampir menangis. Karna sampai saat itu belum kulihat Ghea, Tobias, dan Ko Anton. Tapi Tuhan berkata lain, mereka datang. Mereka ada di dalam kereta, dalam gerbong yang sama :'))

Akhirnya kami duduk. Terpisah-pisah. Namun hati ini lega sekali. Puji Syukur karna Tuhan mengijinkan kami buat pergi ke Jogja.

Hari itu, 19 Juli 2012, menjadi awal cerita liburan yang indah untukku dan kuharap juga teman-temanku.
Yogyakarta...

And the story goes on. . . ,

Komentar

Postingan Populer